Piramida, Stonehenge, dan Misteri Astronom Kuno


Jakarta, Berita Indonesia -- Apakah manusia prasejarah adalah ahli astronomi? Ungkapan ini terlontar saat peneliti melihat hasil karya manusia prasejarah berupa Piramid Giza di Mesir dan Stonehenge di Inggris.

Pasalnya, bangunan-bangunan kuno itu punya posisi yang selaras dan presisi dengan posisi bulan, matahari, dan bintang yang naik dan terbenam di cakrawala. Dapat disimpulkan bahwa manusia purba saat itu merupakan pemerhati alam yang baik.

Setiap bangunan yang dibuat oleh manusia prasejarah secara sengaja atau tidak sengaja dibuat begitu presisi. Bangunan yang presisi itu membutuhkan perhitungan matematika serta pengetahuan ilmu terapan untuk melakukannya. 

Sehingga muncul anggapan kalau makhluk asing mengajari dan membantu membuat bangunan-bangunan ini. Pasalnya, berbagai pertemuan antara manusia dengan alien sudah didokumentasikan dalam setiap arca suku Maya. 

Bahkan salah satu relik di dinding dalam piramida juga menunjukkan hal itu seperti ditunjukkan Erich von Däniken lewat karyanya 'ancient astronauts', seperti diberitakan History Answers. 

Seorang ahli mesir kuno Flinder Petrie mengatakan pada survei presisi pada abad ke 19 menemukan bahwa setiap ujung puncak piramid Giza berdasarkan arah mata angin. Pendapat Petrie ini didukung oleh sekelompok peneliti yang menamakan organisasinya sebagai Glen Dash. 

Mesir Kuno menggunakan teori "lingkaran Indian". Teori ini menggunakan tongkat dan tali untuk membentuk arah timur-barat. Ia menekankan kesederhanaan metode ini kemungkinan bisa diterapkan untuk membangun piramida. 

Namun, studi pada 2001 menyebut bahwa pembangunan piramida yang masif ini kemungkinan dipengaruhi oleh bintang Megrez dan Phad, atau dikenal dengan rasi bintang Ursa Major. 

Bintang yang terlihat setiap malam ini diukur pada posisi terendah mereka dilangit lalu dengan teori Merkhet, sebuah intrumen penunjuk waktu kuno seperti teori lingkaran Indian, dengan menyusun batu-batu dengan garis tegak lurus lalu ditempel pada pegangan kayu untuk melacak keselarasan bintang.

Hal ini juga berlaku pada monumen Stonehenge. Sebuah studi menemukan adanya lingkaran kayu di dalam lingkaran monumen itu. Peneliti memperkirakan lingkaran kayu ini mungkin menyimbolkan kehidupan. 

Sementara lingkaran batu Stonehenge melambangkan kematian. Sebab, praktek serupa juga ditemukan di Madagaskar. Sehingga diperkirakan hal ini jadi praktek yang wajar di masa prasejarah. 

Memang mudah mengasumsikan manusia prasejarah punya pengetahuan yang hebat. Perlu diingat juga bahwa asumsi yang berkembang saat ini berdasarkan pada pengetahuan manusia modern atas astronomi. 

Masih banyak misteri yang mengelili makna dan asal dari struktur kuno ini. Memahami bangunan kuno ini dari berbagai pendekatan menjadi pentung agar mendapat pemahaman yang utuh mengenai bangunan-bangunan ini, demikian diberitakan The Conversation.
Share on Google Plus

About BERITA INDONESIA

0 komentar:

Posting Komentar