Jakarta, Berita Indonesia -- Pahala Nugraha Mansury, yang belum genap setahun menduduki kursi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengaku sebagai pribadi yang 'membosankan'. Mengapa?
Kepada CNNIndonesia.com, Pahala mengatakan istilah 'membosankan' dipakainya bukan untuk karakter pribadi, tetapi karakter aktivitas berinvestasi. Bukan tanpa alasan, mantan Direktur Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk itu mengaku hanya senang menanamkan uang di instrumen investasi yang terbilang konvensioal dan 'membosankan' seperti obligasi pemerintah, saham, hingga reksadana.
Hal ini yang membuatnya tak tertarik dengan instrumen investasi 'jaman now' yang erat dengan digitalisasi, misalnya mata uang virtual (crypthocurrency) yang saat ini sedang banyak dibicarakan.
"Instrumen yang paling saya sukai saham dan obligasi pemerintah. Saya orang yang sangat konservatif dan membosankan sekali. Jadi, untuk instrumen baru seperti itu, tunggu dulu wait and see dulu, melihat bagaimana kinerjanya dulu," tutur Pahala beberapa waktu lalu.
Perkenalannya dengan instrumen investasi konvensional itu terjadi pada 2001 silam, sebelum ia berkarir di Bank Mandiri, bank yang membesarkan namanya.
Untuk obligasi pemerintah, ia memilih instrumen itu karena tergolong aman dan lebih mudah untuk dipantau. Sedangkan untuk saham, dipilihnya karena memiliki bobot risiko yang cukup besar. "Jadi bisa saling balance (menyeimbangkan)," celetuknya.
Adapun, saham yang dimilikinya ialah saham yang memiliki kapitalisasi pasar tinggi (blue chip), seperti saham Bank Mandiri dan Garuda Indonesia.
Sementara untuk reksadana, ia mengaku tak secara langsung memantaunya. Namun, menyerahkannya kepada manajer investasi untuk mengelolanya.
"Karena sudah sering terkait dengan pekerjaan di sektor keuangan, justru saya menghindari (untuk mengelola sendiri). Saya percayakan saja kepada fund manager. Reksadana ini macam-macam, ada di Schroders, di Manulife," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar